Memutus Warisan Seseorang
بَابُ مَنْ قَطَعَ مِيْرَاثًا فَرَضَهُ اللهُ
سَعِيْدٌ قَالَ نَا إِسْمَاعِيْلُ بْنُ عَيَّاشٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ سَلَمَةَ الْكِنَانِيِّ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوْسَى قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ مَنْ قَطَعَ مِيْرَاثًا فَرَضَهُ اللهُ تَعَالَى قَطَعَ اللهُ مِيْرَاثَهُ مِنَ الْجَنَّةِ. رواه سعيد بن منصور فى أصل الفرائض
Artinya: Nabi SAW Bersabda: “ Siapa saja yang memutus jatah waristan harta seseorang, maka Allah akan memutus Waristan Surga unutuknya”. HR Sa’id Bin Manshur fi Ushulil Faraidh
Pada dasarnya setiap Orang Iman mendapat waristan Surga
“أُلٰئِكَ هُمُ الْوَارِثُوْنَ - الَّذِيْنَ يَرِثُوْنَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ” (23/10-11)
, namun Allah tidak akan memberikan waristan Surga tersebut, ketika seseorang tidak mau membagikan Waristan Harta kepada Ahli Waristnya.
Siapapun berpeluang untuk dapat memutus waristan, baik si Orang yang telah meninggal, atau Ahli Warist, atau Juru Hukum Faraidh.
Sebagai Contoh:
1. Seseorang sebelum meninggalnya, telah membagi habis Hartanya kepada Ahli Warist, sehingga ketika dia meninggal sudah tidak ada lagi harta yang dapat dibagi.
2. Sang Istri pertama, tidak mau berbagi warist kepada Istri Ke-2.
3. Juru Hukum Faraidh tidak mau membantu membagi Warist.
Ancaman orang yang memutus waristan juga termaktub dalam Al-Qur’an
“وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُوْدَهُ يُدْخِلْهُ نَارً”
(4/14)
Siapa saja yang menentang Batas-batasnya Allah dan Rasulnya (termasuk memutus waristan), maka Allah akan memasukkan Orang tersebut ke dalam Neraka.
Hikmah: Harta Dunia adalah sesuatu yang sangat sepele dihadapan Allah, namun karenanya dapat menyebabkan seseorang tidak dapat memperoleh waristan surga, maka supaya berhati-hati, jangan sampai tergolong Orang-orang yang Memutus Waristan.
Mengajarkan Ilmu Faraidh Dan Mengajak Untuk Menyampaikan Ilmu Faraidh
بَابُ مَا جَآءَ فِيْ تَعْلِيْمِ الْفَرَائِضِ وَالْحَثِّ عَلَيْهِ
Ilmu Faraidh adalah Ilmu untuk mengetahui Siapa yang berhaq mewarist, Siapa yang tidak berhaq mewarist, & Berapa bagian masing-masing Ahli Warist.
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْرِو بْنِ السَّرْحِ أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِيْ عَبْدُ الرَّحْمٰنِ بْنُ زِيَادٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ رَافِعٍ التَّنُوْخِيِّ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ﷺ قَالَ الْعِلْمُ ثَلَاثَةٌ وَمَا سِوَى ذٰلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ آيَةٌ مُحْكَمَةٌ أوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ أَوْ فَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ. رواه أبو داود في كتاب الفرائض
Artinya: Nabi SAW Bersabda “Ilmu yang WAJIB dicari ada 3, [1] Ayat yang Menghukumi (Al-Qur’an), [2] Sunnah yang Tegak (Al-Hadist), [3] Ilmu Faraidh yang ‘Adil (Termaktub pada Al-Quran & Al-Hadist). HR Abu Dawud fi Kitabil Faraidh
Dzikrul Khosh Ba’dal ‘Amm, Sebenarnya Keadilan mengenai Ilmu Faraidh secara Garis Besar sudah ada pada Al-Qur’an & Al-Hadist, Namun pada Hadist diatas dijelaskan kembali secara khusus, tentang Pentingnya mencari Ilmu Faraidh, ini dikarenakan ada beberapa Hukum Faraidh yang berasal dari Ijtihad yang Adil. Contoh Ijtihadnya Shahabat Umar Bin Khotob & Shahabat Zaid Bib Stabit.
Hikmahnya: Seseorang yang ingin mengajarkan Ilmu Faraidh, harus Manqul terlebih dahulu Ilmunya.
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْأَعْلَى بْنُ وَاصِلٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ بْنُ الْقَاسِمِ الْأَسَدِيُّ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ دَلْهَمٍ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ شَهْرِ ابْنِ حَوْشَبٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ تَعَلَّمُوا الْقُرْآنَ وَالْفَرَائِضَ وَعَلِّمُوا النَّاسَ فَإِنِّيْ مَقْبُوْضٌ. رواه الترمذي فى كتاب الفرائ
Artinya: Nabi SAW Bersabda “Pelajarilah Alquran dan Ilmu Faraidh, setelah itu ajarkan kembali kepada manusia, karena sesungguhnya Aku Orang yang akan diwafatkan”. HR Tirmidzi fi Kitabil Faraidh
Untuk Belajar Ilmu Alqur’an & Faraidh adalah suatu keWAJIBAN, Namun Hukum untuk mengajarkannya kembali, adalah “sesuai kemampuan” Ittaqullaha Mastatho’tum. كُنْ عَالِمً، أَوْ مُتَعَلِّمً، أوْ مُسْتَمِعً، أوْ أُحِبًّ وَلَا تَكُونُ الْخَامِسَة Jadilah kamu عَالِمً (orang yang pandai mengajarkan), jika tidak bisa maka jadilah مُتَعَلِّمً (orang yang belajar), jika tidak bisa maka jadilah مُسْتَمِعً (orang yang mendengarkan), jika tidak bisa maka jadilah أُحِبًّ (orang yang senang), dan dajan jadi orang yang ke lima (maksutnya: malah merintangi)
Hikmah: Jika ingin mengajarkan ilmu faraidh, maka rajin lah belajar pada orang yang pandai Ilmu Faraidh, mumpung masih ada orang yang pandai Ilmu Faraidh.
حَدَّثَنَا أبْرَهِيْمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ ابْنُ أَبِي الْعِطَافِ حَدَّثَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ تَعَلَّمُوا الْفارَائِضَ وَعَلِّمُوْهَا فَأِنَّهُ نِصْفُ الْعِلْمِ وَهُوَ أَوَّلُ شَيْئٍ يُنْزَعُ مِنْ أُمَّتِي. رواه ابن ماجة فى كتاب الفرائض
Artinya: Nabi SAW Bersabda “Ya Aba Hurairah, Pelajarilah dan Mengajarkanlah pada Ilmu Faraidh, karena Ilmu Faraidh adalah separuhnya Ilmu, dan Pertamanya Ilmu yang pertama kali akan diangkat”. HR. Ibnu Majah fi Kitabil Faraidh
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَبِي مُسْلِمٍ عَنْ أَبِي الْخَلِيْلِ قَالَ قَالَ أَبُو مُوْسَى الْعَشْعَرِي مَنْ عَلِمَ الْقُرْآنَ وَلَمْ يَعْلَمِ الْفَرَائِضَ فَأِنَّ مَثَلَهُ مَثَلُ الْبُرْنُسِ لَا وَجْهَ لَهُ أَوْ لَيْسَ لَهُ وَجْهٌ. رواه الدرامى فى كتاب الفرائض
Artinya: Shahabat Abu Musa Berkata: “Gambarannya Orang Mengetahui Imu Al-Quran, Namun Tidak Mengetahui Ilmu Faraidh, Seperti Pakaian Burnus yang tidak ada bagian Kepalanya (Tidak Sempurna Burnusnya, maksudnya Tidak Sempurna Ilmunya orang tersebut) HR Darami fi Kitabil Faraidh
Hikmah dari hadist diatas, adalah sebagai Motivasi bagi Seorang Pencari Ilmu.
Ketika seseorang telah meninggal dunia kewajiban umat Islam terutama ahli warisnya adalah membagi harta peninggalan si mayit sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulullah sesegera mungkin.
Pembagian harta waris yang tidak sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulullah akan berakibat siksa Allah di akhirat sebagaimana tertulis dalam Quran Surat An-Nisa ayat 14:
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ (14)
“Barang siapa menentang (tidak taat) dan melanggar peraturan-peraturan Allah, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka…”
Memutus ahli waris atau meninggalkan ahli waris dalam pembagian harta peninggalan orang mati juga diancam tidak akan masuk surga sesuai sabda Nabi dalam hadist Sunan Said bin Mansyur Kitabul Faroid:
285 – سَعِيدٌ قَالَ: نا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنْ سُلَيْمَانَ أَبِي سَلَمَةَ الْكِنَانِيِّ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ مُوسَى، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ قَطَعَ مِيرَاثًا فَرَضَهُ اللَّهُ، قَطَعَ اللَّهُ مِيرَاثَهُ مِنَ الْجَنَّةِ»
Rasulullah salallohu alaihi wasallam bersabda:”Barang siapa memutus warisan yang telah ditentukan oleh Allah yang Maha Luhur, Allah akan memutus warisannya di surga”.
Seiring dengan kewajiban membagi harta waris, Rasulullah juga mewajibkan setiap Muslim untuk belajar / mengaji ilmu Faroid, ilmu tentang tata cara pembagian harta waris.Secara keseluruhan ada 3 ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang Islam:
1. Al-Quran
2. Al-hadist dan
3. Ilmu Faroid
Sedangkan ilmu Faroid sendiri ada di dalam Kitab Quran dan Hadist. Ini sesuai dengan sabda Nabi dalam Hadist Abu Dawud No 2885 Bab Apa-apa dalam Belajar Faroid.
بَابُ مَا جَاءَ فِي تَعْلِيمِ الْفَرَائِضِ
2885 – حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَمْروِ بْنِ السَّرْحِ، أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ زِيَادٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ رَافِعٍ التَّنُوخِيِّ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” الْعِلْمُ ثَلَاثَةٌ، وَمَا سِوَى ذَلِكَ فَهُوَ فَضْل: آيَةٌ مُحْكَمَةٌ، أَوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ، أَوْ فَرِيضَةٌ عَادِلَةٌ ”
__________
[حكم الألباني] : ضعيف
..sesungguhnya Rasulullah salallohu alaihi wasallam bersabda:”Ilmu itu ada tiga, selain tiga itu adalah tambahan (tidak wajib dicari) ayat yang untuk menghukumi (Al-Quran) atau sunah yang tegak (Sunnah Nabi) dan ilmu faroid yang adil”.
[Hadist Abi Dawud No. 2885 Kitabu Faroid]
Cara Mengajarkan Anak untuk Sopan Santun
Berprilaku sopan dan ramah merupakan hal positif yang harus diajarkan sejak awal, karena dengan berprilaku sopan kita selalu dihargai dan menghargai setiap orang. Mengajarkan anak untuk sopan santun kepada setiap orang tentu hal yang susah-susah gampang. Karena mengajarkan anak untuk berbicara sopan adalah kewajiban setiap orangtua.
Berikut tips mengajarkan anak untuk berbicara sopan santun :
Mulailah dengan kata-kata sederhana, seperti “terima kasih” kepada orang yang memberinya pertolongan atau hadiah. Mengajarkan mereka dengan ucapan “tolong” saat butuh bantuan seseorang. Kata “maaf” saat melakukan kesalahan dan “permisi” saat lewat di depan orang. Lakukan hal tersebut, jika Anda sedang bersama anak dan memperhatikan tingkah mereka.
Jangan paksa anak jika mereka tidak ingin mengucapkan hal tersebut. Jangan membuat mereka malu di depan orang, yang harus Anda lakukan adalah untuk mengingatkan mereka dengan baik.
Perlakukan anak dengan baik dan lembut. Ajarkan mereka dengan hal-hal yang baik atau biasakan mengucapkan kata-kata baik di sekitar mereka. Misalnya, “sepertinya ada yang lupa ya nak?” atau “bilang apa ke ayah dan ibu?” dengan kata-kata yenga lembut tersebut akan membuat anak mengingat hal yang mereka ucapkan.
Selain memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, Anda juga dapat menggunakan media seperti film, buku atau lainnya untuk mengingatkan anak selalu sopan santun saat berbicara dengan orang.
Anak cerdas, pintar dan berprilaku sopan santun kepada setiap orang tentu selalu menjadi keinginan setiap orangtua. Selain pengajaran yang intens dari orangtua, Anda juga harus memperhatikan lingkungan bermain anak, karena akan berpengaruh pada sikapnya. Semoga bermanfaat
Manusia dalam beribadah kepada Alloh dapat dibagi menjadi lima tahap menurut usianya:
1. Tahap Anak Kecil,
Masa bayi hinggga aqil balig adalah masa untuk persiapan. Pada masa ini seorang anak dipersiapkan untuk dapat beribadah dengan benar di kemudian hari dengan banyak belajar tentang ketaqwaan kepada Alloh. Pelajaran terpenting dalam masa ini adalah belajar shalat, belajar akhlak / budi pekerti dan berbagai kebaikan lainnya.
…وَنُقِرُّ فِي الْأَرْحَامِ مَا نَشَاءُ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا…
… dan Aku (Allah) menetapkan di dalam beberapa rahim apa-apa yang Aku (Allah) kehendaki sampai masa yang ditentukan kemudian Aku (Allah) mengeluarkan pada kalian keadaan anak kecil …
[Surah Haji (22) ayat 5]
شُعَبُ الْإِيمَانِ لِلْبَيْهَقِيِّ
8280 – أَخْبَرَنَا أَبُو نَصْرِ بْنُ قَتَادَةَ، أنا أَبُو مَنْصُورٍ النَّضْرَوِيُّ، نا أَحْمَدُ بْنُ نَجْدَةَ، نا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، حدثنا خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، فِي قَوْلِهِ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا} [التحريم: 6] ، قَالَ: ” يَأْمُرُهُمْ بِطَاعَةِ اللهِ وَيُعَلِّمُهُمُ الْخَيْرَ “
… dari Al-Hasan, dalam Firman Allah: “Wahai orang-orang beriman jagalah dirimu dan ahlimu dari neraka” [At-tahrim ayat 6], Al-Hasan berkata: “Perintahlah mereka (anak-anak) dengan taat kepada Alloh dan ajarilah mereka kebaikan-kebaikan”.
8281 – وَبِإِسْنَادِهِ: نا سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ زَكَرِيَّا، عَنْ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَمَّنْ حَدَّثَهُ، عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: ” عَلِّمُوهُمْ وَأَدِّبُوهُمْ “
… Ali radliyallohu anhu berkata:”Ajarilah mereka budi pekerti”.
[Hadist riwayat Baihaqi No. 8280 dan 8281 Syuabu Iman]
494 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عِيسَى يَعْنِي ابْنَ الطَّبَّاعِ، حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ الرَّبِيعِ بْنِ سَبْرَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مُرُوا الصَّبِيَّ بِالصَّلَاةِ إِذَا بَلَغَ سَبْعَ سِنِينَ، وَإِذَا بَلَغَ عَشْرَ سِنِينَ فَاضْرِبُوهُ عَلَيْهَا»
__________
[حكم الألباني] : حسن صحيح
… Nabi SAW bersabda: “Perintahlah anak kecil dengan shalat ketika sampai berumur tujuh tahun, dan ketika sampai sepuluh tahun pukullah atas meninggalkan shalat”.
[Hadist Sunan Abi Dawud No. 494 Kitabu Sholah]
2. Masa Pemuda
Ketika masa muda seorang manusia dituntut mencari bekal untuk kemudian hari. Bekal yang paling utama adalah ilmu dan kefahaman agama. Sesuai sabda Nabi bahwa orang iman yang kuat itu lebih baik dan lebih disenangi oleh Allah daripada yang lemah. Karena itu generasi muda Muslim dalam fase ini hendaklah mempergunakan waktunya banyak untuk belajar dan berlatih agar memiliki kekuatan baik secar fisik, mental (semangat) maupun keimanan.
Pada masa ini pemuda Muslim diharapkan lebih mengutamakan kepentingan agamanya daripada masalah dunianya sebab orang yang mengutamakan cita-cita agamanya Allah akan mencukupi cita-cita dunianya.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (54)
Allah yang menciptakan kamu sekalian dari keadaan lemah kemudian Allah menjadikan setelah keadaan lemah kuat …
[Surah Ar-Ruum (30) ayat 54]
4168 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالَ: أَنْبَأَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ ابْنِ عَجْلَانَ، عَنِ الْأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: ” الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَلَا تَعْجِزْ، فَإِنْ غَلَبَكَ أَمْرٌ، فَقُلْ: قَدَرُ اللَّهِ، وَمَا شَاءَ فَعَلَ، وَإِيَّاكَ وَاللَّوْ، فَإِنَّ اللَّوْ، تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ ”
__________
[حكم الألباني] صحيح
… dari Abi Hurairoh menyampaikan hadist Nabi SAW bersabda: “Orang iman yang kuat itu lebih baik dan lebih disenangi oleh Allah daripada orang iman yang lemah dan setiap orang iman itu baik semangatlah atas apa-apa yang bermanfaat bagimu dan kamu jangan lemah …”.
[Hadist Sunan Ibni Majah No. 4168 Kitabul Zuhdi]
4106 – حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُحَمَّدٍ، وَالْحُسَيْنُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَا: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ مُعَاوِيَةَ النَّصْرِيِّ، عَنْ نَهْشَلٍ، عَنِ الضَّحَّاكِ، عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ يَزِيدَ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللَّهِ: سَمِعْتُ نَبِيَّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَقُولُ: «مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا، هَمَّ الْمَعَادِ، كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا، لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهِ هَلَكَ»
__________
[حكم الألباني] حسن
… Abdulloh mendengarkan Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa menjadikan beberapa cita-citanya pada satu cita-cita yaitu cita-cita akhirat maka Allah mencukupi citas-cita dunianya”.
[Hadist Sunan Ibni Majah No. 4106 Kitabul Zuhdi]
3. Masa Dewasa
Usia antara 40-60 tahun pada umumnya manusia sudah dianggap dewasa. Pada masa ini pemikiran seseorang telah matang. Pada usia ini seorang Muslim mesti lebih berhati hati, mutawari’, tidak sembrono. Dalam masa dewasa ini sudah semestinya Umat Islam lebih banter dalam beribadah, memperbanyak amalan-amalan ibadah dan amal sholih lainnya.
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً … (15)
Dan Aku (Alloh) berwasiat pada manusia terhadap kedua orang tuanya berbuat baik, ibunya mengandung dia dengan susah dan melahirkan dengan susah dan masa mengandungnya dan masa menyapihnya selama tiga puluh bulan sehingga ketika dia sampai kedewasaannya dan sampai empat puluh tahun …
[Surah Al-Ahqoof (46) ayat 15]
4107 – حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ الْجَهْضَمِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ، عَنْ عِمْرَانَ بْنِ زَائِدَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي خَالِدٍ الْوَالِبِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا وَقَدْ رَفَعَهُ، قَالَ يَقُولُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ: «يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي، أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى، وَأَسُدَّ فَقْرَكَ، وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ، مَلَأْتُ صَدْرَكَ شُغْلًا، وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ»
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Abi Hurairah berkata dan saya (murid) tidak mengetahui pada Hurairah kecuali mengangkat hadist Nabi bersabda: “Allah yang Maha Suci berfirman : Wahai Anak Adam sempat-sempatkanlah untuk beribadah kepadaKu Aku penuhi hatimu kecukupan dan Aku(Allah) menutup kefakiranmu jika kamu tidak berbuat Aku penuhi dadamu kesibukan dan Aku tidak menutup kefakiranmu.”
[Hadist Sunan Ibni Majah No.4108 Kitabul Zuhdi]
… فِي بَعْضِ الْكُتُبِ الْإِلَهِيَّةِ: “يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: ابْنَ آدَمَ، خَلَقْتُكَ لِعِبَادَتِي فَلَا تَلْعَبْ، وَتَكَفَّلْتُ بِرِزْقِكَ فَلَا تَتْعَبْ فَاطْلُبْنِي تَجِدْنِي؛ فَإِنْ وَجَدْتَنِي وَجَدْتَ كُلَّ شَيْءٍ، وَإِنْ فُتك فَاتَكَ كُلُّ شَيْءٍ، وَأَنَا أَحَبُّ إِلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ”.
… dalam sebagian Kitab kesaan Alloh (Tauhid): “Wahai Anak Adam Aku menciptakanmu untuk beribadah kepadaku maka jangan bermain-main, dan Aku menanggung rizkimu maka jangan lelah (beribadah). Carilah Aku engkau akan menjumpaiku, jika engkau menjumpaiku engkau menjumpai segala kebaikan, dan jika engkau dipotong maka Allah memotong pdamu setiap kebaikan, dan Saya lebih senang kepadamu daripada segala sesuatu”.
[Tafsir Ibnu Katstir]
12 – (1028) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ، حَدَّثَنَا مَرْوَانُ بْنُ مُعَاوِيَةَ الْفَزَارِيُّ، عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ، عَنْ أَبِي حَازِمٍ الْأَشْجَعِيِّ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ صَائِمًا؟» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَنَا، قَالَ: «فَمَنْ تَبِعَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ جَنَازَةً؟» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَنَا، قَالَ: «فَمَنْ أَطْعَمَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مِسْكِينًا» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَنَا، قَالَ: «فَمَنْ عَادَ مِنْكُمُ الْيَوْمَ مَرِيضًا» قَالَ أَبُو بَكْرٍ: أَنَا، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَا اجْتَمَعْنَ فِي امْرِئٍ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ»
… Abi Hurairah meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapakah pagi ini dari kalian yang berpuasa hari ini?”
Abu Bakar menjawab: “Saya”.
Nabi bertanya: “Siapakah dari kalian yang pada hari ini mengikuti jenazah?”
Abu Bakar menjawab: “Saya”.
Nabi bertanya: “Siapakah dari kalian yang member makan orang miskin pada hari ini?”
Abu Bakar menjawab: “Saya”.
Nabi bertanya: “Siapakah dari kalian yang menjenguk orang sakit pada hari ini?”
Abu Bakar menjawab: “Saya”.
Maka Rasulullah SAW bersabda: “Tidak semua itu berkumpul pada seseorang kecuali masuk surga”.
[Hadist Shohih Muslim No. 12 – (1028) Kitabul Kusuf]
4. Masa Tua
Masa ini kesempatan bagi manusia untuk koreksi /intropeksi diri. Umur 60 sampai 70 tahun adalah rentang batas usia umat Nabi Muhammad pada umumnya. Kita harus sadari masa ini adalah saat seseorang dekat dengan kematian.
Pada masa ini seorang hamba hendaknya menyadari ia akan segera menghadap Allah dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka pada masa ini hendaknya kita introspeksi diri dengan banyak beramal kebaikan dan menjauhkan diri dari segala perbuatan dosa, maksiat dan lahan-lahan.
Dalam Hadist Riwayat Abu Nuaim seorang Tabi’in bernama Fudhail atau Aba Ali menasehatkan kepada seorang Muslim yang sudah tua untuk mengamalkan kebaikan dalam sisa umurnya agar diampuni oleh Allah dosa-dosa yang ia perbuat sebelumnya. Namun apabila dalam sisa hidupnya ia banyak berbuat dosa maka ia akan disiksa sebab berbuatannya di sisa hidupnya dan dosa-dosa yang pernah ia perbuat sebelumnya.
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا …الاية (67)
Allah yang menciptakan kamu sekalian dari tanah kemudian dari sperma kemudian dari segumpal darah kemudian Allah mengeluarkan pada kalian menjadi anak kecil kemudian supaya sampai pada kedewasaan kemudian kalian menjadi orang tua … al-ayat
[Surah Ghofir (40) ayat 67]
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ , ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سُفْيَانَ , ثنا عَامِرُ بْنُ عَامِرٍ , عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ الْعَابِدُ، قَالَ: قَالَ فُضَيْلُ بْنُ عِيَاضٍ لِرَجُلٍ: كَمْ أَتَتْ عَلَيْكَ , قَالَ: سِتُّونَ سَنَةً , قَالَ: فَأَنْتَ مُنْذُ سِتِّينَ سَنَةً تَسِيرُ إِلَى رَبِّكَ تُوشِكُ أَنْ تَبْلُغَ , فَقَالَ الرَّجُلُ: يَا أَبَا عَلِيٍّ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ , قَالَ لَهُ الْفُضَيْلُ: تَعْلَمُ مَا تَقُولُ , قَالَ الرَّجُلُ: قُلْتُ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. قَالَ الْفُضَيْلُ تَعْلَمُ مَا تَفْسِيرُهُ؟ قَالَ الرَّجُلُ: فَسِّرْهُ لَنَا يَا أَبَا عَلِيٍّ , قَالَ: قَوْلُكَ إِنَّا لِلَّهُ، تَقُولُ: أَنَا لِلَّهِ عَبْدٌ، وَأَنَا إِلَى اللهِ رَاجِعٌ , فَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ رَاجِعٌ , فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ , وَمَنْ عَلِمَ بِأَنَّهُ مَوْقُوفٌ فَلْيَعْلَمْ بِأَنَّهُ مَسْئُولٌ وَمَنْ عَلِمَ أَنَّهُ مَسْئُولٌ فَلْيُعِدَّ للسُّؤَالَ جَوَابًا , فَقَالَ الرَّجُلُ: فَمَا الْحِيلَةُ قَالَ: يَسِيرَةٌ , قَالَ: مَا هِيَ قَالَ: تُحْسِنُ فِيمَا بَقِيَ يُغْفَرُ لَكَ مَا مَضَى وَمَا بَقِيَ , فَإِنَّكَ إِنْ أَسَأْتَ فِيمَا بَقِيَ أُخِذْتَ بِمَا مَضَى وَمَا بَقِيَ “
[Hadist Riwayat Abu Nuaim]
5. Masa Lebih Lemahnya Umur
Umur 70 tahun ke atas adalah masa berat bagi seorang manusia. Pada masa itu fisik menjadi lemah, pikiran menurun bahkan pikun. Bahkan pada masa ini ada manusia yang kembali berperilaku seperti anak kecil lagi. Nauzubillah min dhalika. Pada sisa umur inilah kesempatan seorang hamba untuk mendekatkan diri pada Allah (takarrub ilalloh). Umat Islam pada usia itu diharapkan sudah meninggalkan segala urusan dunia dan fokus beribadah kepada Allah untuk menjemput ajal.
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ وَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ (70)
Allah yang menciptakan kamu sekalian kemudian Allah mematikan kalian dan dari kalian ada dikembalikan pada lebih asornya umuragar dia tidak mengetahui setelah mengerti, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.
[Surah An-Nahl (16) ayat 70]
7536 – حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحِيمِ، حَدَّثَنَا أَبُو زَيْدٍ سَعِيدُ بْنُ الرَّبِيعِ الهَرَوِيُّ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ، قَالَ: «إِذَا تَقَرَّبَ العَبْدُ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِذَا تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَإِذَا أَتَانِي مَشْيًا أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً»
… Nabi SAW meriwayatkan dari Tuhannya Nabi bersabda:”Ketika seorang hamba mendekat kepadaku (Allah) sejengkal Aku mendekat kepadanya satu hasta dan ketika hamba mendekat dariku sat dirok Aku (Alloh) mendekat darinya satu depa dan ketika hamba dating padaKu dengan berjalan Aku datang padanya dengan berlari.
[Hadist Shohih Bukhori No. 7536 Kitabu Tauhid]
#ORANG_IMAN_YANG_PELIT_SANGAT_DISUKAI_IBLIS
Suatu ketika Nabi Yahya AS berjumpa dgn Iblis..
Nabi Yahya: "wahai iblis, katakan pdku org yg engkau senangi dan yg engkau benci.
Iblis: " Orng yg paling aku senangi adalah orang iman yg pelit.
Dan yg paling aku benci adlh orang yg fasik tapi dermawan".
Nabi Yahya : "Kenapa spt itu?"
Iblis : " sebab org Iman yg pelit, dgn pelitnya cukup bagiku utk menyimpangkan/menjerumuskannya.
Adapun org fasik yg dermawan, aku khawatir jika Alloh menerima ke dermawanannya shg Alloh mengampuni nya"..
( ibn abi dunya)
Ibnu Taimiyyah berkata :
وَالشُّحُّ مَرَضٌ وَالْبُخْلُ مَرَضٌ وَالْحَسَدُ شَرٌّ مِنَ الْبُخْلِ
adapun pelit adalah penyakit, pelit adalah penyakit, adapun hasad lebih jelek daripada pelit" (Majmuu Al-Fataawa 10/128)
Pengertian makna :
البخل :
Pelit
الشح:
Kikir/ pelit yang disertai tamak
"Kikir dan keimanan selamanya tidak akan bertemu dalam hati seorang hamba." HR. Bukhari, Nasa’i, Ahmad, dan Hakim
************
🌾Ulama mengtakan, "Kikir adalah sifat bakhil/pelit yang disertai dengan tamak. Ia melebihi ke engganan untuk memberikan sesuatu karena kebakhilan. Bakhil hanyalah untuk hal-hal yang berkaitan dengan pemberian harta benda saja, sedangkan kikir berkaitan dengan pemberian harta benda dan juga kebaikan atau ketaatan. Dan kekikiran yang meresahkan (as-syuhh al-hali') ialah yang membuat pelakunya selalu resah, dan sangat gelisah.
yg berarti dia selalu kawatir dan gelisah bila ada haknya yang diminta orang.
··························
🌱Orang kikir yang enggan untuk infaq dan sodaqoh kepada orang lain adalah karena TAKUT MISKIN,
yang berarti tidak mempercayai janji dan jaminannya ALLAH..
Taubat An-Nashuha.Selain meningkatkan amal ibadah dengan banter, Ramadhan adalah momen yang tepat untuk melaksanakan taubat mohon ampunan kepada Allah atas dosa dan perbuatan jelek, agar terhindar dari siksa neraka.
Salah satu syariat Islam untuk menghapuskan dosa-dosa orang beriman adalah dengan melaksanakan taubat nasuha. Sesuai dengan seruan Allah dalam surah At-Tahrim ayat 8.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا…* سورة التحريم اية 8
Wahai orang-orang beriman bertaubatlah kalian kepada Allah dengan taubat nashuha …*
[Surah At-Tahrim (66) ayat 8]
Sebagaimana dicontohkan dalam Hadist Sunan Ibnu Majah No. 2549 Bab Haddizzina Kitabu Hudud, ada tata cara pelaksanaan taubat dalam Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap Muslim bila telah melakukan kesalahan atau pelanggaran agama, yaitu;
datang menghadap kepada Rasulullah untuk mengakui kesalahannya dengan sejujur-jujurnya
kesanggupan untuk membayar kafaroh.
Dalam kasus hadist tersebut, seorang laki-laki menghadap Nabi mengakui anaknya yang perjaka telah melakukan zina dengan majikan perempuannya dan laki-laki tersebut bersedia membayar kafaroh berupa seratus ekor kambing dan seorang pembantu. Namun sayang kafaroh sang ayah ditolak oleh Nabi karena kafaroh pelanggaran had zina bagi seseorang yang belum menikah adalah dijilid 100 kali sedangkan majikan perempuannya harus diranjam.
Untuk dosa-dosa atau pelanggaran-pelanggaran yang tidak ada hadnya, kafaroh bisa berupa tambahan amal ibadah seperti; sholat tahajud, puasa, banyak membaca zikir dan lain-lain.
Krafaroh adalah amal baik yang diharapkan pahalanya dapat mengimbangi / melebur / mensucikan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh hamba Allah.
Membayar shodakoh sejumlah uang tertentu juga dapat menjadi kafaroh pelebur dosa, sesuai dengan sabda Nabi yang tertulis dalam Hadist Shohih Bukhari No. 3586 Kitabul Manaqib.
3586 – حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عَدِيٍّ، عَنْ شُعْبَةَ، ح حَدَّثَنِي بِشْرُ بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ سُلَيْمَانَ، سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ، يُحَدِّثُ عَنْ حُذَيْفَةَ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: أَيُّكُمْ يَحْفَظُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الفِتْنَةِ؟ فَقَالَ حُذَيْفَةُ: أَنَا أَحْفَظُ كَمَا قَالَ، قَالَ: هَاتِ، إِنَّكَ لَجَرِيءٌ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَجَارِهِ، تُكَفِّرُهَا الصَّلاَةُ، وَالصَّدَقَةُ، وَالأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَالنَّهْيُ عَنِ المُنْكَرِ»
… dari Hudzaifah dari Rasulullah s.a.w. beliau bersabda: “Fitnah seseorang dalam urusan keluarganya, anaknya dan tetangganya akan menghapus pada kesemuanya shalat, shadakah dan kebaikan”. Sulaiman berkata : Sungguh beliau mengatakan: ”Shalat, shadakah, amar ma’ruf dan nahi mungkar.
[Hadist Shohih Bukhari No. 3586 Kitabul Manaqib]
Sementara itu Allah Ta’ala memberikan tuntunan pada hambanya dalam Surah Ali Imran ayat 135 dan Hadist Shohih Bukhari Kitabu Da’awat Babu Afdholu Istighfar untuk mohon ampunan dosa dengan membaca istighfar.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ (135)
Dan orang-orang ketika berbuat kejelekan atau menganiaya diri mereka, mereka ingat kepada Allah maka beristighfar karena dosa-dosa mereka dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Allah ….
[Surah Ali Imran (3) ayat 135]
وَقَوْلِهِ تَعَالَى: اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا …*
Dan Allah Ta’ala berfirman: “Mohon ampunlah kepada Tuhanmu sesungguhnya Dia (Allah) Maha Pengampun …”
[Hadist Shohih Bukhari Kitabu Da’awat Babu Afdholu Istighfar]
Sehingga secara keseluruhan ada 4 (empat) syarat Taubat Nasuha, taubat yang diterima oleh Allah yaitu:
Mengakui kesalahannya
Menunaikan / membayar kafaroh
Merasa menyesal dan berkomitmen tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut.
Salah satu watak orang yang bertaubat adalah perasaan menyesal. Sebagaimana disabdakan Nabi dalam hadist Ibnu Majah No. 4252 Kitabu Zuhdi, “Penyesalan adalah taubat”.
4252 – هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْجَزَرِيِّ، عَنْ زِيَادِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ، عَنِ ابْنِ مَعْقِلٍ، قَالَ: دَخَلْتُ مَعَ أَبِي عَلَى عَبْدِ اللَّهِ، فَسَمِعْتُهُ يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «النَّدَمُ تَوْبَةٌ» ، فَقَالَ لَهُ أَبِي: أَنْتَ سَمِعْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «النَّدَمُ تَوْبَةٌ» ، قَالَ: نَعَمْ ”
__________
[حكم الألباني] صحيح
[Hadist Ibnu Majah No. 4252 Kitabu Zuhdi]
Mohon pengampunan kepada Allah dengan mengucapkan istighfar
Doa-doa Istighfar
1516 – حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، قَالَ: إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ: «رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ»
__________
[حكم الألباني] : صحيح
… dari Ibni Umar, meriwayatkan: suatu ketika saya menghitung untuk Rasulillah s.a.w. dalam satu kali tempat duduk seratus kali «رَبِّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ» (Wahai Tuhanku ampunilah saya, dan terimalah tobatku sesungguhnya Engkau Maha Penerima Tobat dan Maha Penyayang.
[Hadist Sunan Abi Dawud No. 1516 Kitabusholah]
1517 – حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُرَّةَ الشَّنِّيُّ، حَدَّثَنِي أَبِي عُمَرُ بْنُ مُرَّةَ، قَالَ: سَمِعْتُ بِلَالَ بْنَ يَسَارِ بْنِ زَيْدٍ، مَوْلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبِي، يُحَدِّثُنِيهِ عَنْ جَدِّي، أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ، غُفِرَ لَهُ، وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ ”
__________
[حكم الألباني] : صحيح
… Abi Umar bin Muroh mengatakan: Saya mendengar dari Bilah bin Yasar bin Zaid mantan budak Nabi s.a.w. meriwayatkan: Saya mendengar ayahku bercerita hadist dari kakekku, sesungguhnya kakek mendengar pada Rasulallah s.a.w. bersabda: “Barang siapa membaca
‘أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ، وَأَتُوبُ إِلَيْهِ’
diampuni baginya meskipun ada ia sungguh-sungguh lari dari perang”.
[Hadist Sunan Abi Dawud No. 1517 Kitabusholah]
2549 – حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، وَهِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ، وَمُحَمَّدُ بْنُ الصَّبَّاحِ قَالُوا: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ، عَنِ الزُّهْرِيِّ، عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَزَيْدِ بْنِ خَالِدٍ، وَشِبْلٍ قَالُوا: كُنَّا عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَاهُ رَجُلٌ فَقَالَ: أَنْشُدُكَ اللَّهَ، إِلَّا قَضَيْتَ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللَّهِ، فَقَالَ خَصْمُهُ وَكَانَ أَفْقَهَ مِنْهُ: اقْضِ بَيْنَنَا بِكِتَابِ اللَّهِ، وَأْذَنْ لِي حَتَّى أَقُولَ، قَالَ: «قُلْ» . قَالَ: إِنَّ ابْنِي كَانَ عَسِيفًا عَلَى هَذَا، وَإِنَّهُ زَنَى بِامْرَأَتِهِ، فَافْتَدَيْتُ مِنْهُ بِمِائَةِ شَاةٍ وَخَادِمٍ، فَسَأَلْتُ رِجَالًا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ، فَأُخْبِرْتُ أَنَّ عَلَى ابْنِي جَلْدَ مِائَةٍ وَتَغْرِيبَ عَامٍ، وَأَنَّ عَلَى امْرَأَةِ هَذَا الرَّجْمَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَأَقْضِيَنَّ بَيْنَكُمَا بِكِتَابِ اللَّهِ، الْمِائَةُ الشَّاةُ وَالْخَادِمُ رَدٌّ عَلَيْكَ، وَعَلَى ابْنِكَ جَلْدُ مِائَةٍ وَتَغْرِيبُ عَامٍ، وَاغْدُ يَا أُنَيْسُ، عَلَى امْرَأَةِ هَذَا، فَإِنِ اعْتَرَفَتْ فَارْجُمْهَا» قَالَ هِشَامٌ: فَغَدَا عَلَيْهَا، فَاعْتَرَفَتْ، فَرَجَمَهَا
__________
[حكم الألباني] صحيح
… Zaid bin Kholid dan Shiblin meriwayatkan: Ada kami disisi Rasulillah SAW maka datanglah seorang laki-laki pada Nabi: “Saya bersumpah pada Alloh niscaya hendaklah engkau menghukumi diantara kami dengan Kitabillah, maka berkata lawan bertengkarnya, yang lebih faham dari laki-laki tersebut: Hukumilah antara kami dengan Kitabillah dan semoga mengijini padaku sehingga aku berbicara”.
Nabi berkata:”Katakanlah”.
Laki-laki tersebut menerangkan:”Sesunggunya anak laki-lakiku adalah seorang budak pada lelaki ini dan ia (anak) berzina dengan istrinya. ”Maka aku menebus dari anak dengan 100 kambing dan seorang pembantu. Maka aku bertanya pada seorang alim. Maka aku dikabari bahwa anakku harus dijilid 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Dan atas perempuan, diranjam”.
Rasulullah SAW bersabda:”Demi Zat yang diriku ada digenggamannya niscaya aku menghukumi antara kalian berdua dengan Kitabillah, 100 kambing dan seorang pembantu dikembalikan padamu, dan atas anakmu dijilid 100 kali dan diasingkan selama satu tahun. Wahai Unais, berangkatlah pagi-pagi kepada istri orang ini, apabila ia mengaku, maka ranjamlah”.
Hisyam meriwayatkan: Paginya perempuan tersebut mengaku maka ia diranjam.
[Hadist Sunan Ibnu Majah No. 2549 Bab Haddizzina Kitabu Hudud]
Coprights @ 2016, Blogger Template Designed By Caklek| Jalen